Novel Covenience Store Woman karya Sayaka Murata #BACABUKU

By novi - Juli 18, 2021

Halo semuanya, hari ini gue mau review buku yang berjudul "CONVENIENCE STORE WOMAN" atau "GADIS MINI MARKET" karya dari SAYAKA MURATA.


Sebelum kita review ayo kita lihat detail penerbit dan sinopsis dari buku ini.

GADIS MINIMARKET
oleh Sayaka Murata
620186010
Hak cipta terjemahan Indonesia :
Gramedia Pustaka Utama
ISBN 9786020644394
ISBN Digital 9786020644400
160 halaman

Sinopsis :
" Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal, walau ia tidak tahu 'normal' itu seperti apa. Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai 'pegawai minimarket'. Kini Keiko tarancam dipisahkan dari dunia minimarket ysng mencintainya selama ini..."

REVIEW :
Keiko, seorang manusia yang entah kenapa tidak mempunyai emosi yang sama seperti pada kebanyakan orang. Dia tidak mengerti rasa simpati, empati..dia seperti robot. Itulah yang gue tangkep ketika membaca bagian awal dari kisah Keiko ini. Karena diperlihatkan ketika masa TK nya ada burung yang mati, teman-temannya bersedih, sedangkan dia mengambilnya lalu memberinya kepada ibunya untuk minta dimasak. Logika Keiko pada saat itu adalah, burung itu sudah mati, bisa untuk santapan. Makan itu bisa menyenyangkan perut, Begitulan kira-kira. 

Sebenarnya kalo dilihat-lihat gak salah juga pemikiran Keiko. Tapi, pemikiran dia termasuk ke minoritas, malah bisa aja dibilang psiko. Seharusnya ketika kecil dan melihat hal yg menyedihkan, rasa empati atau simpati datang dan menangis kan ?. Akhirnya Keiko dicap 'aneh' di pandangan masyarakat ini. Bahkan meskipun keluarganya mendukung apa yg dia lakukan untuk menjadi normal, itu karena mereka pasti berfikir dia anehkan ?

Karena Keiko sadar bahwa dia 'aneh' dan ada banyak hal yg tidak dia mengerti, akhirnya dia lebih banyak menyendiri, sampai akhirnya dia melamar menjadi pegawai minimarket dalam misi agar dapat menjadi orang normal. Dunia pegawai minimarket Keiko merubah hidupnya, dia punya teman..setidaknya teman kerja. Disaat bekerja sebagai pegawai minimarket inilah, Keiko merasa orang-orang menatapnya sebagai orang normal. Karena disana tidak akan ada yang menanyainya tentang kehidupan pribadinya, kesukaannya atau hal-hal yang lebih intim. 

Namun, karena kenyamanan itulah Keiko malah bekerja disana sampai waktu yang lama. Sampai dia menginjak umur 30an. Umur 30an di pandangan masyarakat harusnya sudah punya tabungan masa depan, pekerjaan tetap, masa depan bersama pasangan, atau malah sudah menikah dan punya anak. Apalagi Keiko adalah perempuan. Entah kenapa isu sosial tentang perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan akan terus-terusan didorong lebih kencang untuk mengikuti pandangan masyarakan tentang dirinyaa, atau dirinya akan diasingkan dari masyarakat.

Orang-orang minimarket mungkin didepan dia tidak berkata apa-apa. Tapi pasti dipikiran mereka, mereka membandingkan Keiko dengan standart dari pandangan masyarakat. Hal ini diperlihatkan dengan ketika datangnya karakter yang bikin gue gedek banget sumpah. Dia adalah laki-laki bernama Shiraha. Laki-laki yang mencemooh tentang segala hal, menuntut tentang pandangan masyarakat akan dirinya, namun dirinya juga yang membuat dia terlihat seperti sampah masyarakat. Kasusnya sangat berbeda dengan Keiko. Shiraha itu kalo dibilang adalah orang males, gamau usaha tapi mau langsung dapet hasilnya. 

Karena Shiraha yang ngeluh terus tentang dia sebagai laki-laki yang harus bekerja, bertemu dengan Keiko yang ingin dianggap normal oleh orang lain. Akhirnya Keiko memberi ide bagaimana kalau Shiraha tinggal bersamanya, jadi kayak win-win solution gitukan. Ngertikan ya kenapa kats gue win-ein solution. Karena itu, adik ipar Shiraha bilang mereka adalah pasangan sampah masyarakat, sedangkan pekerja minimarket bilang mereka cocok karena beberapa hal. Yah taulah ya, udah tua tapi tetep menjomblo.

Tapi si Shiraha ini brengsek banget, bener-bener numpah idup doang. Alih-alih dia berusaha, dia malah nyuruh Keiko yang berusaha nyari pekerjaan tetap agar bida diterima di masyarakat plus menghidupi dirinya dengan nyaman. Gimana ? pengen berkata kasar tidak kalian ?. Tapi pada akhirnya Keiko tidak bisa berhenti dari minimarket. Karena 'normal' bagi dirinya adalah menjadi seorang pegawai minimarket. Kalo guesih mikir kenapa dia gak nyoba ngelamar jadi Manager minimarket yak.

Oke, dinovel ini sebenernya kita diperlihatkan tentang sebuah isu sosial, tentang sebuah standar dari pandangan masyarakat. Norma dengan pandangan masyarakat sangat berbeda. Sayangnya pandangan masyarakat ini kadang dicap buruk karena macem seperti guru yang menilai muridnya, jika nilainya 70-100 berarti dia pintar, jika dia 50-69 dia rata-rata dan jika dia dibawah 50 berarti bodoh. Begitulah masyarakat, manusia adalah makhluk homogen, jadi ketika mereka melihat satu manusia yang mencolok dari yang lain, berarti dia adalah orang aneh. Padahal perbedaan pemikiran, kesukaan, keinginan dan kebutuhan adalah hal yang wajar. Lalu, adanya standart tentang ke-homogenan ini membuat bias antara baik dan buruk. Setidaknya itulah yang gue rasain dan gue fikirkan tentang standart kemasyarakatan. Pemikiran 'orang yang gak sesuai dengan lo berarti aneh' itu harus dinetralisir dengan pemahaman bahwa setiap orang itu unik dan berbeda. Berarti kita ngetreat setiap individu harus berbeda. gitu sih, seenggaknya itu yang gue pelajadi dari kisah novel ini dan gue mencoba untuk melakukannya didunia nyata. Meski kadang masih suka suuzon sama orang.hehe

buku ini gue kasih rating 3.5/5 🌟
Isu sosial yang diambil sangat bagus, tapi kita ditinggalkan untuk mencari kesimpulan dan jalan keluar dari isu itu sendiri. Buku ini hanya memberi kita satu dari ratusan contoh isu sosial yang ada di sekitar kita dan secara tidak sadar kadang kita terkena dampaknya atau kita yg membuat dampak itu. Tapi setidaknya kita dapat menarik kesimpulan untuk diri kita agar improvement dengan pandangan kita terhadap seseorang.

segitu dulu review dari gue tentang buku ini. Semoga kita dijodohkan bertemu kembali di tulisan gue lainnya !! 

ciao
XoXo


  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Hi kak, thanks for the review. Aku sepakat dengan pandangan bahwa setiap orang pasti berbeda dan nggak perlu harus mengikuti standar yang entah ditentukan siapa. Isu ini sangat relate sama aku sebagai perempuan yang sering harus mengikuti standar masyarakat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo ka, terimakasih sudah mampir di blog aku..hehe
      bener banget..isu dibuku ini sangat dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari kita, apalagi perempuan yang entah kenapa sudah mempunyai suatu stigma dan kalau kita tidak mengikuti hal itu kita seperti tidak berguna atau bermanfaat.

      Hapus